Tuesday, October 31, 2017

Hector and the Secrets of Love

Setelah Hector kembali dari pencarian kebahagiaan maka Hector membawa kaligrafi yang indah dari Cina yang berisi 4 huruf dalam panel besar berbahan kayu Red Wood. Dan ajaibnya karena di negara Hector tidak ada yang bisa membaca huruf Cina maka panel besar ini menjadi solusi untuk semua masalah pasien nya.

Seperti masalah yang di hadapi Luc, yang terlalu baik kepada wanita sehingga sering di campakkan wanita, maka ketika Luc melihat panel kayu dan bertanya kepada Hector, apa arti panel kayu tersebut. ”Kalau kau takut menghadapi macan kumbang, lebih baik berburu antelop”. Kemudian Hector baru sadar bahwa di Cina tidak ada antelop. Luc menanggapi bahwa orang orang cina haus darah.

Kemudian pasien lainnya yang mengalami masalah dalam percintaan, kemudian Hector melihat ke panel kayu dan berkata kepada pasiennya,”Orang yang bijak melihat keindahan pada setiap musim.” Kalimat yang tidak bermakna sama sekali namun anehnya pasiennya selalu mengangguk kan kepala tanda mengerti atau mungkin tidak enak hati.

Perjalanan mencari cinta Hector di mulai ketika atasan dari istrinya, sebuah perusahaan farmasi raksasa kehilangan salah satu penelitinya, Profesor Cormorant  yang menghasilkan obat yang menghilangkan kasus perceraian dan perselingkuh manusia di dunia, karena kehilangan cinta.

Profesor Cormorant menghilang dan perusahaan farmasi membiayai Hector mencari nya dengan segala fasilitas dan teman perjalanan, dari Cina sampai asia tenggara dan sampai afrika. Perjalanan ini membuat Hector menemukan  arti Cinta sesungguhnya dan juga proses kimia Cinta di otak.

Professor Commorant menceritakan penelitiannya, bahwa ada dua neurotransmitter alamiah yang bertanggung jawab atas cinta yaitu oksitosin dan dopamine. Oksitosin yang tinggi ini membuat seseorang akan setia kepada pasangannya. Sementara kadar oksitosin yang rendah membuat seseorang akan menjadi tidak terikat kepada pasangannya. 

Kemudian dopamine membuat seseorang menjadi lebih egois dan tertarik untuk memuaskan ego diri sendiri. Bayangkan apabila ada obat yang bisa mengatur keseimbangan neurotransmitter ini, maka masalah cinta di dunia ini akan selesai dengan sendirinya.

Hector menjadi bimbang apakah menyerahkan Profesor Cormorant kepada perusahaan farmasi atau membiarkan cinta manusia di dunia berkembang apa adanya tanpa campur tangan obat obat farmasi.

Penulisan Novel ini merupakan kelanjutan dari novel sebelumnya, Hector and The Search of Happines .

Novel
:
Hector And The Secret of Love
Penerbit
:
Penerbit Noura Books
ISBN
:
978-602-385-181-2
Cetakan 1, Desember 2016

Monday, October 30, 2017

Senjata Cakra di Atas Wihara

Senjata Cakra dikenal dalam mitos perwayangan merupakan senjata yang di anugerahkan kepada titisan Hyang Wisnu. Pada perang Bharatayudha, senjata cakra digunakan oleh Sri Kresna untuk tipu muslihat menutup sinar matahari sehingga sinar matahari tampak suram seolah hari menjelang malam. Tipuan ini digunakan ketika Arjuna bersumpah akan mati bertunu (terbakar) jika pada hari itu dia tak dapat membunuh Jayadrata yang telah membunuh anaknya. Karena sumpah ini terdengar oleh pihak Kurawa, maka disembunyikanlah Jayadrata.

Karena matahari sudah meredup maka tergodalah Jayadrata keluar dari persembunyiannya, dan Sri Kresna menyuruh Arjuna melepaskan panah mengenai Jayadrata dan terpenggallah kepala Jayadrata. Setelah kejadian ini, Sri Kresna menarik cakranya kembali  dan terang benderanglah sinar matahari seperti sedia kala dan riuh rendah suara pihak pandawa.

Senjata Cakra ini sangat di kenal oleh komunitas yang tinggal di tepi hutan Tirtoarum sebagai orang pinggiran yang seolah mengartikan permohonan maklum atas keterbatasan atau ketertinggalan, ketidakbedayaan ketidaktahuan mereka terhadap banya hal, mengingat akses terhadap peradaban yang terhambat oleh sulitnya medan dan terbatasnya sarana transportasi.

Komunitas ini di pimpin oleh Mbah Kerto, yang untuk memenuhi persyaratan sebagai warga negara, maka komunitas Mbah Kerto memilih menjadi umat Buddha Theravada, namun tetap memelihara tradisi Buddha Siwa.  Senjata Cakrta di pasang diatas vihara di bawah pengeras suara, yang di bangun pada tahun 1980. Komunitas ini tetap mendaras mantra mantra Hong Wilaheng dan melanjutkan ritual ritual Budhojawi/Wisnu. Vihara ini di sebut sebagai Sanggar Pamujan.

Pemilihan Agama Buddha Theravada tidak lain karena pola bertahan hidup komunitas Budhojawi karema pasca bencana politik 1965. Budhojawi di bekukan pada saat agama agama lain gencar melakukan missionarisnya, dan warga negara Indonesia harus memiliki agama yang di akui negara untuk menghindari tuduhan athes yang bisa di konotasikan identik dengan komunis yang di larang.

Seorang narasumber menceritakan bahwa beberapa penganut Budhojawi bergabung dengan Hindu, sementara sebagian bergabung dengan Budha Tengger, tapi akhirnya di larang oleh pemerintah. Sebagian bergabung dengan Islam, bahkan Pak Modin mengatakan,”Mbok awor karo sing akeh wae, ben tentrem …”

Namun kelompok aksi yang mengklaim bagian dari KAMI/KAPPI mendobrak rumah rumah umat ex Budhojawi  yang sudah masuk Islam dimana sedang ada pengajian dan memaksa mereka melakukannya di masjid. Karena kekecewaan atas tindakan kasar ini, maka banyak yang berpindah ke Hindu. Namun dikatakan bahwa tidak boleh di makamkan dalam komplek yyang sama dengan warga Muslim, kendati itu adalah makam desa dan bukan makam wakaf.

Akhirnya beberapa eks Budhojawi masuk Islam, sebagian tetap Hindu, sebagian masuk Katolik dan Protestan. Sementara yang kental rasa penghayatannya bergabung dengan Buddha Dharma, dimana dalam Buddha Dharma terdapat Sangha Theravada dan Sangha Mahayana.

Perubahan ini merubah pola beragama komunitas Mbah Kerto, yang menganggap agama adalah urusan pribadi, tiba tiba harus menyesuaikan diri….

Novel ini di tulis dengan gaya etnografi oleh Nusya Kuswantin ketika menyelesaikan S2 Jurusan Antropologi. Falkutas Ilmu Budaya UGM. Yogyakarta. Penulisan ini membuat kita mengerti sisi pandang antropologi tanpa perlu pusing dengan istilah istilah ilmiah yang sulit di mengerti.

Judul
:
Senjata Cakra di Atas Wihara
Penerbit
:
Yayasan Wiwara Yogyakarta
ISBN
:
978-602-9087-14-7
Cetakan
:
Pertama, Maret 2017


Sunday, October 29, 2017

Hector And The Search for Happiness



Novel cerdas ini menceritakan Hector, seorang psikiater yang sukses di sebuah kota besar di Eropa. Beberapa pasien nya memiliki kasus yang aneh aneh, yang cenderung ke masalah Aktualisasi Diri, karena kebutuhan dasar nya sudah terpenuhi semua. Ketika perut sudah kenyang, maka masalah Aktualisasi Diri menjadi kebutuhan utama.


Dan Hector merasa jumlah psikiater di negaranya jauh lebih banyak daripada psikiater di seluruh dunia, dan ini menimbulkan pertanyaan Hector karena di negaranya yang memiliki rakyat yang sudah kenyang makan, dan tidak terancam kelaparan seperti beberapa negara di Afrika.

Pertanyaan ini mencapai puncaknya sampai suatu hari Madame Irina berkata kepadanya,”Dokter, saya biea melihat bahwa Anda sangat lelah”.

Setelah mengumumkan kepada para pasiennya dan teman wanita nya, bahwa Hector akan belibur, maka perjalanan Hector mencari kebahagiaan bermula.

Hector teringat petualangan Tintin dalam cerita The Blue Lotus, dan  di komik ini ada tokoh pria Cina Bijaksana bernama Mr. Wang. Dengan berharap menemukan Tokoh Bijaksana seperti Mr. Wang dalam komik Tintin, maka perjalanan mencari kebahagiaan ke Cina di mulai.

Tokoh Mr. Wang berkata,”Kesalahan mendasar yang dibuat orang adalah dengan berpikir bahwa kebahagiaan itu merupakan suatu tujuan!” Lalu tokoh ini tertawa.

Hector meminta tokoh ini menjelaskan namun Biksu tua ini suka menciptakan misteri dan perjalanan untuk mengetahui kalimat Biksu ini membuat Hector berjalan ke beberapa belahan dunia, dan menemukan beberapa teori tentang kebahagiaan dalam pengalaman berinteraksi dengan orang orang di seluruh dunia.



Secara umum novel yang di tulis oleh François Lelord ini  sangat lucu dan perjalanan Hector mencari kebahagiaan ini jauh dari kesan mengurui dan terkadang menyadarkan kita bahwa kebahagiaan itu berasal dari hal hal yang tidak terduga. Gaya penulisan novel ini sangat ringan dan ini tidak mengherankan karena François Lelord sendiri adalah seorang prikiater di Perancis. Selain menulis Novel Hector, François Lelord juga menulis buku buku psikologi popular lainnya.


Novel     : Hector and The Search for Happiness
Penerbit :  Penerbit Noura Books.
ISBN     : 978 - 602-385-002-0
Cetakan 1, November 2015


Artikel Terbaru

Workbook Analisis Teknikal

Pertama kali saya membaca buku ini, saya langsung tertarik karena merupakan workbook yang belum pernah saya lihat sebelumnya.  Saya ...

Artikel Rekomendasi