Thursday, November 2, 2017

Peranakan Tionghoa di Nusantara

Peranakan Tionghoa sebenarnya adalah kelompok masyarakat Tionghoa di Indonesia yang sebenarnya heterogen, namun untuk memudahkan maka di kelompokan dalam istilah Peranakan Tionghoa. Masyarakat Tionghoa sendiri terdiri dari berbagai suku yaitu hakka, hokkian, konghu, tio ciu, dan lain lain dengan sifat dan karakteristik yang sebenarnya berbeda juga.

Buku ini menulis tentang bagaimana Peranakan Tionghoa melebur sempurna di Bali dengan kebudayaan Barong Landung, dimana Barong Landung mengenang perkawinan Raja Jaya Pangus dan Kang Tjin We. Syarat nikah yang di minta oleh Kang Tjin We adalah uang kepeng Tiongkok, yang kemudian digunakan oleh masyarakat Bali dalam upacara keagamaan.

“Pengunaan dupa oleh masyarakat Bali juga di adopsi dari tradisi Tionghoa, juga sejumlah tarian dan pelbagai produk seni ukir Bali,” ujar Suwagatha yang berasal dari Ubud, Kabupaten Gianyar, yang merupakan jantung budaya Bali.

Kemudian Cina Benteng yang berbeda nasibnya dengan suku Betawi, walau sama sama berkulit gelap, bermata lebar dan memegang pacul, tetapi mereka tetap memiliki meja abu leluhur. Istilah ini mengacu kepada keberadaan benteng di sisi timur sungai Cisadane. Dari Peranakan cina benteng di hasilkan musik gambang kromong dan cokek.

Komunitas Cina Benteng berakulturasi secara alamiah dan terajdi kawin campur dengan perempuan setempat, keturunan mereka mengikuti Bahasa Ibu mereka yaitu dialek Melayu Pasar. Penggunaan istilah istilah hokkian untuk hirearki keluarga tetap digunakan. Dengan adanya perkembangan usaha property, maka beberapa sawah sudah di konversi menjadi perumahan sehingga budaya macul komunitas tersebut perlahan tapi pasti akan tergusur.

Pembangunan Batavia sebagai pusat perdagangan oleh Jan Pieterzoen Coen (J.P. Coen) akan gagal apabila JP Coen tidak berhasil membujuk Kapiten Sow Beng Kong dan 400 orang Tionghoa pindah ke Batavia. Di Batavia, Sow Beng Kong memegang lisensi penyelenggaraan judi di Batavia, saudagar kapal, kontraktor dan pedagang. Namun perintis perekonomian pertama di Batavia sudah di lupakan. Makam nya menyembul di Gang Taruna yang sempit di sisi Jalan Pangeran Jayakarta dan tertulis sekilas riwayat Souw Beng Kong sebagai handelaar [pedagang].

Budaya China di Glodok Pancoran adalah komunitas tertua yang masih hidup di kota Jakarta. Beberapa pedagang obat obatan dan sinshe merupakan generasi ke 4. Bahkan tercatat tokoh militer jepang, Westerling hingga Aktor Hongkong suka jajan di pecinan glodok. Restoran Zhong Hua dikenal mengirim babi panggang utuh ke Istana Gubernur Jendral dalam peringatan ulang tahun Ratu Belanda.
Namun masa keemasan daerah Glodok Pancoran sudah meredup.

Komunitas Peranakan Tionghoa merupakan perintis sekolah berbahasa Inggris pertama di Indonesia. Pada awal abad ke – 20, para guru guru terbaik didatangkan ke sekolah barbahasa inggris ini.  Sedemikian tinggi mutu pendidikan sekolah Tionghoa di Batavia sampai didirikan sekolah serupa di Malaya dan Singapura dengan mengadopsi model Batavia. Namun pada periode akhir 1940 an hingga 1950-an, belasan sekolah pengantar Bahasa Inggris harus di tutup.

Ada hal menarik mengenai perkawinan campur di daerah Maluku dan Papua, menghasilkan wajah wajah Peranakan Tionghoa berwajah Brasil. “Peranakan Cina dengan Papua sudah terkenal ganteng dan cantik – cantik , dan mereka duduk sebelah menyebelah. Itulah harmoni Peranakan Tionghoa di Papua dan Maluku.

Ini adalah hal hal yang di bahas oleh Iwan Santosa dalam buku ini, di tulis dengan ringan dan mudah di mengerti. Ini adalah buku sejarah popular yang perlu di miliki oleh kita.  Iwan Santosa sendiri menurut buku ini adalah wartawan Kompas (2001-2012), sehingga perjalanan jurnalistik nya membuatnya mendapatkan cerita cerita ringan di seputar Indonesia.

Judul

Pengarang
:

:
Peranakan Tionghoa di Nusantara, Catatan Perjalanan dari Barat ke Timur
Iwan Santosa
Penerbit
:
Penerbit Buku Kompas
ISBN
:
978-979-709-641-0
  Cetakan 2, Agustus 2012

No comments:

Post a Comment

Artikel Terbaru

Workbook Analisis Teknikal

Pertama kali saya membaca buku ini, saya langsung tertarik karena merupakan workbook yang belum pernah saya lihat sebelumnya.  Saya ...

Artikel Rekomendasi